Citizen6, Maroko Menjelang malam 27 ramadan ribuan warga Maroko berbondong-bondong mendatangi masjid Hasan II yang berdiri megah di atas laut pondasi bebatuan laut Atlantik. Masjid ini merupakan masjid terbesar ketiga di dunia setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah dan menjadi ikon terbesar kota Casablanca.
Seperti di beritakan di media sosial Maroko, sebelum maghrib para jamaah taraweh menuju masjid bersama keluarga dan saudara dengan membawa bekal makanan buka puasa masing-masing. Tak sedikit pula yang membagikan menu ta’jil dipinggir-pinggir jalan.
Keramaian di Masjid Hassan II
Sebagian orang lainnya ada yang mendapatkan dan ada juga yang sengaja membawa bekal sendiri dari rumah. Sore itu masyarakat Maroko terus berbondong-bondong memadati tempat yang telah disediakan oleh pengurus masjid untuk berbuka puasa bersama. Sayangnya malam ini tidak semua orang bisa sholat berjamaah di dalam maupun di pelataran masjid dengan dalih keamanan Raja Mohammed VI yang saat itu sudah berada di dalam masjid Hassan II untuk melaksanakan sholat taraweh berjamaah dengan warganya.
Masyarakat Maroko yang mayoritas meyakini malam lailatul qodar turun pada malam 27 ramadan menjadikan Masjid Hassan II seperti lautan manusia. Keamanan malam itu terlihat sangat ketat, semua polisi dikerahkan disepanjang jalan, mulai dari halaman dan luar masjid hingga dijalanan banyak sekali polisi berjaga. Salah satu teman saya yang saat itu menggendong tas hitam pun ikut digeledah polisi saat menuju pelataran masjid.
Keramaian di Masjid Hassan II
Malam itu menjadi momen menggembirakan bagi warga Maroko khususnya warga Casablanca. Suara riyuh diiringi tepuk tangan dengan yel-yel “Malikuna wahid Mohammed VI” terus bergemuruh ketika menyambut kedatangan raja menuju pintu masuk masjid Hassan II. Karena tidak semua warga Maroko bisa sholat didalam masjid, pengurus masjid menyediakan tempat sholat dengan alas tikar berwarna biru disamping kiri masjid berdekatan dengan pantai.
Ketika waktu sholat isya tiba, jamaah yang ada dipelataran masjid sebagian merasa kecewa karena suara pengeras yang ada dipelataran dipindah semua didekat pantai. Ahirnya terpaksa shalat isya berjamaah di imami oleh dua imam, satunya di dalam masjid dan satunya lagi dipelataran masjid.
Untungnya usai sholat isya tiba-tiba suara imam dari dalam masjid terdengar keras dari arah pojok kanan masjid sehingga jamaah yang ada dipelataran masjid bisa sholat taraweh berjamaah dengan satu imam. Sementara itu, para kemanan mulaii dari polisi dan pasukan kemanan raja terus berjaga mengelilingi jamaah. Menariknya, imam taraweh malam ini lebih dari satu orang. Tiap selesai satu salam diganti dengan imam lainnya secara bergantian hinggal lima kali salam. Suaranya yang indah dan merdu bercampur angin spoi-spoi malam itu menambah kekhusyuan para jamaah.
Usai shalat taraweh, semua warga mengitari pelataran masjid menyambut raja keluar. Dengan pengawalan ketat raja menyalami warganya satu persatu. Semua yang hadir saling berebut kesempatan dan melambaikan tangannya kearah raja suapaya bisa bersalaman. Sayangnya tidak semua warga mendapat kesempatan untuk bersalaman.
Untuk mengambil gambar saja dilarang keras oleh pihak keamanan. Saya yang kebetulan berada di depan cuma bisa melihat senyum raja yang ramah dan meneduhkan ketika menyalami warganya. Meski kaki bolak balik terinjak dan dapat sikutan kanan kiri saya dan teman-teman terus bertahan melihat raja menyalami warganya hingga ahirnya masuk ke mobil meninggalkan masjid Hassan II. (ul)
Pengirim:
Kusnadi, Ketua Tanfidziah PCINU Maroko.
Comments